ㅤJelaga, si keras hati, semakin gelap mata menggila. Sejatinya ia tak membenci Rama, hanya terkadang merasa aneh jika melihatnya. Namun sekarang, ia semakin meng-iya-kan bahwa Rama hanyalah pembawa sial, persis seperti apa yang dikatakan teman-temannya. “Yang mati itu harusnya lo, sampah!” Rama nyaris mati saat itu juga. Di tempat itu, dengan sekujur tubuh yang bergetar ketakutan melihat apa yang ia saksikan. Jikalau tak ada yang mengunci pergerakan Jelaga, akan ada dua korban di tempat yang sama nantinya.
ㅤJelaga, yang tadinya diselimuti sejuta lapis euforia, mendadak linglung seketika. Jeanna, setengah dari kehidupannya, menyirami aspal panas dengan darah yang semestinya tak pernah tertumpahkan jika ia masih memiliki Jelaga di sisinya. Namun memang, Malang bukan sekadar kota. Malang, malang adalah Jelaga. Sayang seribu sayang, jiwa Jelaga turut mati bersama orang yang ia kenang.