ㅤ“Bacot!” Satu pukulan melayang ke arah dashboard di hadapannya. “Semua salah dia, Bang. Kenapa lo bela anak itu terus? Kalo aja dia nggak lari di tengah jalan kayak orang bodoh, truk itu enggak akan nabrak siapapun!” Teriakan Jelaga memenuhi mobil yang melaju dengan kecepatan cukup tinggi. Mase masih dapat terkendali, namun omongan Jelaga membuat emosinya memuncak lagi.
ㅤMase menginjak rem tiba-tiba, di tepi jalan seberang Museum Kesehatan Jiwa. “Lo bahkan enggak tau apa-apa, Jelaga. Tutup mulut sampah lo dan belajar dari apa yang udah lo perbuat. Gue, sebagai guru sekaligus terapis di Sekolah Luar Biasa ngerasa malu sekaligus kecewa punya adik yang memperburuk kesehatan mental orang lain.”