โฎโหMalam itu, hutan yang biasanya penuh dengan suara jangkrik mendadak bisu. Aku, Liam, dan Altair berdiri di tengah hamparan daun gugur, menatap kobaran api yang tak biasa di depan kami. Api itu bukan sekadar nyala yang menghangatkan atau menerangi; ia hidup, bergulung-gulung seperti naga yang melata, membentuk makhluk-makhluk mengerikan dengan mata menyala tajam.
โFiendfyreโฆโ gumam Altair, suaranya serak.
Aku menoleh ke arahnya, mencoba membaca raut wajahnya. Altair selalu tenang, tapi kali ini aku bisa melihat ketegangan yang sulit ia sembunyikan. Liam, di sisi lain, menggenggam tongkat sihirnya erat-erat. Biasanya ia penuh lelucon, tapi saat ini ia terdiam, matanya terpaku pada sosok-sosok api yang terus mendekat.
โKita tidak bisa kabur dari ini,โ kataku akhirnya. Suaraku nyaris hilang ditelan suara gemuruh api.
โTapi melawan Fiendfyre?โ Liam tertawa kecil, meskipun jelas dia takut. โKita bahkan belum benar-benar menguasai mantra pertahanan tingkat tinggi.โ
โTidak ada pilihan lain,โ balas Altair. โKalau kita tidak menghentikannya, hutan ini, desa di sekitarnyaโฆ semuanya akan habis.โ
Aku menelan ludah, merasakan berat tanggung jawab itu menekan dadaku. Kami hanya bertiga, dan di hadapan kami adalah kekuatan liar yang bahkan penyihir terhebat pun segan untuk menantangnya. Namun, persahabatan kami sudah melalui banyak hal. Kami selalu saling mendukung, apa pun yang terjadi.
โAyo. Kita lakukan bersama,โ ujarku sambil mengangkat tongkat.
Altair mengangguk, dan Liam, meski ragu, akhirnya mengikuti. Kami bertiga berdiri membentuk lingkaran kecil, menghadapi Fiendfyre yang semakin besar, membentuk siluet naga berapi yang melingkar di udara.
โDi hitungan ketiga,โ kata Altair. โUcapkan mantra dengan seluruh kekuatan yang kalian punya. Kita hanya punya satu kesempatan.โ
Kami mengangguk serempak.
โSatuโฆ duaโฆโ
โProtego Maxima!โ seru kami bersamaan.
Kilatan cahaya biru keluar dari tongkat kami, membentuk perisai besar yang berpendar di udara. Perisai itu menahan serangan Fiendfyre untuk sesaat, tapi jelas tidak cukup. Api itu mengamuk, mendobrak perisai kami dengan kekuatan luar biasa.
โKita perlu lebih dari ini!โ teriak Liam, suaranya nyaris tenggelam oleh gemuruh.
Altair mengertakkan gigi, lalu berteriak, โPercayakan padaku! Fokus pada perlindungan!โ
Tanpa ragu, aku dan Liam mengalirkan seluruh energi kami ke mantra pertahanan. Sementara itu, Altair melangkah maju, tatapannya tajam. Ia mengangkat tongkatnya tinggi-tinggi, kemudian mengucapkan mantra yang tak pernah kudengar sebelumnya.
โFiendfyre extinguendus!โ
Sebuah ledakan cahaya terjadi. Angin kencang berputar, membuat dedaunan berterbangan. Fiendfyre mengaum, makhluk-makhluk apinya berusaha bertahan, tapi perlahan bentuk mereka mulai memudar. Satu demi satu, naga, ular, dan singa api itu hancur, berubah menjadi asap hitam yang perlahan menghilang.
Ketika semuanya berakhir, kami bertiga terjatuh ke tanah, napas tersengal-sengal. Hutan kembali sunyi, hanya terdengar suara angin lembut yang membawa aroma hangus.
Liam tertawa kecil, meski masih terengah. โAltair, kau menyimpan trik ini dariku? Aku merasa tersisih.โ
Altair tersenyum tipis, mengusap keringat di dahinya. โAku baru mencobanya tadi. Kalau gagal, mungkin kita semua sudah habis.โ
Aku tertawa, lelah tapi lega. โKita berhasilโฆ bersama.โ
Kami bertiga saling menatap, dan di saat itu aku tahu, persahabatan kami lebih kuat dari apa punโbahkan dari kobaran api yang paling mematikan. Di tengah semua ketakutan dan ketidakpastian, kami menemukan keberanian dalam diri kami, dalam percik api kecil yang menyatukan hati kami. เผหยฐ.๐.เณเฟ*:๏ฝฅ