───────────────────────────────── 🔥: "Wah, jadi gitu ya kisah Kerajaan Singosari. Dari mulai kekuatannya, tokoh-tokohnya, sampai runtuhnya yang penuh drama. Bener-bener bukti kalau sejarah Indonesia itu nggak kalah keren sama film epik!"
🦅: "Iya, gue setuju banget, Rey. Dari sejarah ini kita juga bisa belajar banyak hal, salah satunya tentang bagaimana kekuasaan itu bisa jadi pedang bermata dua. Seru banget deh pembahasan hari ini!"
🔥: "Setuju, Ryo. Oke deh, sekian dulu episode 'Jejak Sejarah' kali ini. Jangan lupa buat terus dengerin podcast kita karena masih banyak cerita-cerita seru tentang masa lalu Indonesia. Sampai jumpa di episode berikutnya, dan ingat, sejarah itu nggak cuma buat dihafal, tapi juga buat kita pelajari maknanya."
🦅: sama gue juga bangga banget jadi orang Indonesia dan bisa tau kalo Indonesia punya sejarah kaya begini, kalo sahabat sejarah bangga ga tau Indonesia punya sejarah kaya gini??
───────────────────────────────── 🔥: yeuu ini mah yang di pikirin cewenya mulu!!! Tapi iya ya kalo kita misalnya hidup di jaman itu bakal gimana ya jadi penasaran deh.
Ga nyangka ternyata indonesia punya sejarah yang keren kaya begini, salut banget gue bisa jadi orang Indonesia dan tau ada sejarah kaya begini👏🏻👏🏻👏🏻 ─────────────────────────────────
🦅: waduh bro ternyata sejarah nya banyak juga ya dan panjang panjang juga, ga nyangka sih bakal panjang kaya gini. Sejarah nya aja udah panjang apa lagi kalo misalnya kita hidup di masa itu ya, bakal selama apa? apakah gue sama Winter bakal ketemu? 🥺🥺
───────────────────────────────── Prasasti ini menyatakan Tohjaya sebagai raja Kadiri, bukan raja Tumapel. Hal ini memperkuat kebenaran berita dalam Nagarakretagama yang tidak menyebut Tohjaya sebagai raja di Tumapel. Selain itu, pemberitaan dalam Nagarakretagama yang menyebut Kertanagara naik takhta tahun 1254 juga dapat diperdebatkan. Kemungkinannya adalah Kertanagara menjadi raja muda di Kadiri terlebih dahulu, kemudian barulah pada 1268 dia bertakhta di Singasari ─────────────────────────────────
───────────────────────────────── Pada 1253, Wisnuwardhana kemudian mengangkat putranya yang bernama Kertanagara sebagai yuwaraja (putra mahkota) dan mengganti nama ibu kota kerajaan menjadi Singhasari. Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota kemudian justru lebih terkenal daripada nama Tumapel. Inilah yang membuat Tumapel juga dikenal dengan nama Kerajaan Singhasari. ─────────────────────────────────
───────────────────────────────── Ketika berkuasa, Ken Angrok berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kadiri. Pada 1221, terjadi perseteruan antara Kertajaya, raja Kerajaan Panjalu, dengan kaum brahmana. Para brahmana lantas menggabungkan diri dengan Ken Angrok. Perang melawan Kadiri lantas meletus di Desa Ganter pada 1222 yang dimenangkan oleh pihak Tumapel.
Nagarakretagama juga menyebut tahun yang sama untuk pendirian Tumapel, tetapi tidak menyebutkan adanya nama Ken Angrok. Dalam naskah itu, pendiri Tumapel bernama Ranggah Rajasa Sang Girinathaputra yang berhasil mengalahkan Kertajaya, raja Kadiri. ─────────────────────────────────
───────────────────────────────── Pararaton menyebut Tumapel awalnya hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan Kadiri. Adapun yang menjabat sebagai akuwu (setara camat) Tumapel saat itu adalah Tunggul Ametung. Dia mati dibunuh dengan cara tipu muslihat oleh pengawalnya sendiri, yaitu Ken Arok, yang kemudian mengangkat dirinya menjadi raja pertama Tumapel dengan gelar Sri Ranggah Rajasa Bhatara Sang Amurwabhumi.
Ken Arok lantas menikahi janda Tunggul Ametung yang saat itu sedang mengandung, yaitu Ken Dedes. Anak Ken Dedes dari Tunggul Ametung ini nantinya diberi nama Anusapati. Selain beristrikan Ken Dedes, Ken Arok mempunyai satu istri lagi bernama Ken Umang yang kelak melahirkan anak laki-laki bernama Tohjaya. ─────────────────────────────────