───────────
Sebuah organisasi perhimpunan didalam sebuah gedung raksasa menjulan tinggi bak bintang-bintang diangkasa. Segenap manusia berjalan tegak penuh dengan aura merah permata. Berlarian mengejar lingkaran nilai tertinggi hingga tetes darah penghabisan. Kekuatan penuh raga dan jiwa memperbesar cahaya semesta yang telah diciptakan dengan tangan dalang-dalang golek. A triumph tina perjuangan menjadi simbol kehidupan para organisasi. Topeng hitam penutup panon bayangan kaca tak kasat penghalang kebahagiaan.
“ ngan diajar tinimbang maén “
“ ngahibur babaturan “
“ abdi henteu terang nanaon tapi kuring ngarepkeun kuring tiasa “
Sang jiwa peraga penggerak semesta melakukan ritual pelangi penangkap aura hitam. Sekelompok organisasi menulis dalam secarik kertas hitam matematika. Goresan-demi goresan terpenuhi hingga membentuk prism aljabar. Waktu yang terus mengejar bak ular dewa melata dengan cepat. Kebebasan para manusia dengan melemparkan nikotin-nikotin keatas langit. Bergema diatas mimbar mempraktikan politik-politik hitam kelabu yang telah masuk. Berjalan berkawanan bercintaan mesra memasuki hati yang paling dalam. Hentakan-hentakan kecil menggambarkan masa bahagia yang tak akan larut dalam samudera. Gelakan tawa ringisan gigi melebar penuh bak cahaya. Hingga larut merangsang senyuman itu dengan beribu rumusan matematika. Tak kala cahaya rembulan menggelap dan tak nampak kembali, kenangan-kenangan masa itu tak akan tenggelam menghiasi terumbu karang. Kenangan yang tersobek seperti abu akan berterbangan mengikuti angin ke atas langit surga yang biru
───────────