KONSISTEN / III, 16. UNGGULAN
MAHASISWA MENYALA, I. HARAPAN.
2024/04, XX. Jalan Keadilan, @UNISEMA.
3rd──(&.) 诗可, KETERIKATAN.
Ruang Hukum yang Megah, Dipenuhi dengan Diskusi Ilmiah, Menggugah Semangat Pembelajaran. | .. Harmoni Aspirasi: III.
Wahh seram sekali ceritanya, kalau aku jadi kamu kak Bulan. Aku bakalan trauma dan langsung kepikiran ingin berpindah ke kos an lain saja.
Tidak terasa ya teman-teman, kita sudah sampai dipenghujung podcast aja nih. Karna jam sudah hampir menunjukkan jam 5 sore, aku, Lucie dan juga Anantha izin pamit diri dulu ya.
Semoga kita bisa ketemu lagi, terima kasih buat teman-teman yang sudah mengirim pengalaman horor kalian ke kami!! Maafkan kami bertiga jika ada mengeluarkan kata yang tidak sopan, dadahhh teman-teman👋🏻👋🏻👋🏻
/tersenyum ke arah Lucie @gisellsaeri dan Anantha @Ryvixen ; menutup mic ; bangun dari kursi studio ; berjalan keluar studio bersama Lucie @gisellsaeri dan Anantha @Ryvixen
Sejak saat itu, setiap kali maghrib menjelma ketika ada yang memanggil namanya menggunakan suara Sabilla tidak lagi dia sahuti. Karna dia takut itu bukan Sabilla, melainkan setan yang menjahilinya.
Bulan akan menanya temannya terlebih dahulu melalui personal chat agar yang memanggilnya beneran manusia, bukan setan seperti sebelumnya.
Namun tidak ada balasan dari temannya itu, karna tidak ada balasan dia yang sudah kelelahan memutuskan untuk pergi membuka pintu.
Ketika dibuka, dia kaget karna tidak ada siapa-siapa. Ketika itu, Bulan sadar bahwa temannya iaitu Sabilla sedang bersepeda di taman. Bulan seketika berpikir "terus yang tadi manggil aku siapa?"Seketika Bulan bergidik ngeridengan kejadian barusan.
Ingin disamarkan namanya, kita panggil gadis ini Bulan. Bulan tinggal di sebuah kos-kos an yang asri dengan banyak pohon mangga di halamannya.
Pada waktu maghrib, ketika sedang merebahkan dirinya di atas kasur. Tiba-tiba terdengar suara temannya yang memanggil "Bulannnn!". Ketika dia menjawab dari dalam kamar "oi kenapa?"
/Menoleh ke arah @gisellsaeri ; membalikan lembar skrip ; menyadari giliranku ; kemudian berbicara/
Nah, setelah teman saya bercerita, sekarang giliran saya bercerita. Cerita ini dibawakan oleh yang kita sebut saja namanya bulan. Cerita ini lumayan menarik, dan mungkin cukup familiar dengan kata-katanya. Ini berkaitan dengan waktu yang sakral, apalagi kalau bukan waktu magrib. Sebenarnya suara siapa dan apa yang memanggil narasumber kita?
Menegangkan bukan?! Tunggu apalagi mari kita dengar dan simak ceritanya.
Cerita ini berjudul. "ADA YANG MEMANGGILKU WAKTU MAGHRIB."
Ketika keduanya sampai rumah, keduanya terkejut bukan main karena rumahnya berantakan banyak pigura foto yang berjatuhan. Yang lebih mengejutkan lagi banyak bekas cakaran di badan adik.
Sejak saat itu Dira mulai percaya itu bukan eyang dan bersumpah tidak akan meninggalkan adiknya sendirian lagi. Setiap adiknya menangis suara "Jangan nangis lagi, Nduk" masih ia dengar hingga sekarang.
Walaupun jarak rumah tetangganya lumayan jauh, Dira terus berjalan dengan semangat sesampainya di rumah tetangganya itu tangan kecilnya mengetuk pintu sambil berteriak.
"IBU! IBU! EYANG ADA DI RUMAH! IBU, ADA EYANG DI RUMAH AKU!" teriak Dira sembari menggedor pintu kayu tersebut.
Tak lama, keluarlah seorang ibu, yang Dira kenal dengan nama
"Ibu santi."
Figura tubuhnya pun muncul saat pintu terbuka.
"Mbak, eyang udah nggak ada 3 bulan yang lalu. Kan mbak yang nemenin eyang pulang," ucapnya.
Jujur, Dira tak suka mendengarnya. Ia terdiam, dalam hati ia sangat yakin itu suara eyang-nya.
Sampai ia melupakan sang adik yang ia tinggalkan sendiri di dalam rumah. Gadis kecil itu pun kena marah lantaran telah ceroboh meninggalkan adiknya sendirian.
"DIA NGGAK SENDIRIAN IBU LIAT SAJA SENDIRI DI RUMAH! ADEK LAGI MAIN SAMA EYANG!" sahutnya kemudian.
Ekspresi ibu Santi langsung berubah, dengan segera ia menutup pintu rumahnya dan segera mengajak Dira kembali ke rumahnya.
Tiba-tiba tangisnya berhenti, Dira sebagai kakak yang sedari tadi bingung pun merasa lega, tanpa ia sadari saluran televisi berubah sendiri. Tak selesai sampai situ, Ghina tertawa seraya melambaikan tangannya.
Tangannya yang kecil itu melambai-lambai ke arah pojok tembok, yang entah siapa orang yang dia sapa sebenarnya.
Sayup-sayup ia mendengar suara yang mengalun pelan dan lembut di telinganya. Suara itu bilang.
"Jangan nangis lagi ya, Nduk. Kasihan Mbak capek," begitu katanya.
Dira sangat mengenali suara, Dira menoleh ke kanan dan ke kiri tidak ada sosok eyang, tapi dia senang. Dira berlari menuju rumah tetangganya, meninggalkan adiknya sendirian menyampaikan kabar gembira ternyata ada eyang-nya di rumah dan dia tidak sendirian.
Di sini kita sebut saja pembawa cerita adalah Dira & adeknya adalah Ghina, ya.
⊹ 🕯 ˚ ₊ ʾ 𝐄𝐘𝐀𝐍𝐆
Dari umur 5 tahun Dira itu sering ditinggal kerja, dan seumur segitu dia harus menanggung tanggung jawab menjadi kakak menjaga adiknya selama 4 jam selagi orangtuanya bekerja. Suatu hari itu, agak sedikit berbeda dari biasanya.
Papa Dira sedang ditugaskan di luar kota, dan mama nya pun mempunyai tugas lembur. Terpaksa Dira hanya berdua dengan adiknya Ghina di rumah menunggu harap sang mama pulang dari kantor.
Tak terasa, malam pun tiba tepat jam 7 malam entah mengapa Ghina menangis sangat kencang, Dira yang waktu itu masih kecil kebingungan harus berbuat apa.
Mengganti popok, membuatkan susu formula untuk Ghina dan menyalakan televisi guna menghibur sang adik dengan mengganti channel kartun lucu tak juga ampuh, tangisannya malah semakin kencang.
Sambil menggendong sang adik, hati Dira menggerutu. "Mama kapan pulang?!!"