"Disini?"
"Iya. When I was inBrisbane, mereka bilang udah siapin apartment untuk gue kuliah disini nanti. Unfortunately, gue nggak tinggal disini karena gue tinggal bareng sama paman." jelas Jake. Ia bercerita sembari mengajak kedua teman barunya menuju lift.
"Gede gini? Such a waste. Kita harusnya temenan dari lama gak sihβ"
"Heh, Jay. Terus? Sekarang lo mau kita ngapain disini?" ujar Sunghoon di dalam lift. Matanya menatap tiap sudut lift yang begitu indah, ornamen serta detailnya sungguh mempesona.
"Ya.. Kaya yang gue bilang sebelumnya, gue mau ubah ini jadi base baru buat kita. Jasuketion, inget? Agak bodoh, tapi gue kepikiran aja. Why not, tho?"
Pintu lift terbuka, menampilkan lantai 6 gedung apartment tersebut. Ketiga teman tersebut melangkah keluar, mengikuti satu temannya yang memimpin jalan kearah pintu apartmentnya.
"Holy crap.. This is too good. Ahh, Jake. Gua mau tinggal sini aja, gak mau pulang!" Jay berseru ketika pintu dibuka, menampilkan suasana dan tampak dalam isi apartment Jake yang begitu mewah dan tampak nyaman.
"Ni anak tengilnya, demi Tuhan. Jay, ini bukan rumah lo, jangan langsung lo peluk ciumin!" Sunghoon lantas berseru jua ketika melihat tingkah laku Jay yang seperti anak kecil baru mendapat mainan.
Jake tertawa bahak, dua teman barunya sangat lucu. Mereka tampak cocok bertiga, "Sans aja elah, anggep rumah sendiri. Gue cek-cek ulang dulu kamarnya. Fasilitas disini cukup memadai kok."
Drrt.. Drrt..
Suara handphone Jay berdering, menandakan sebuah telepon masuk. Jay bangkit dari rebahnya di sofa dan mengangkat telepon dari nomor tak dikenal tersebut, "Halo? Siapa?"
"Jay, ini gue. Ketemuan di markas sore ini bisa? Kita bakal ada tawuran lagi sama anak SKATO." ujar seseorang diseberang telepon.
"Maksud lo? SKATO?"
"Ada apa, Jay? Kenapa sebut nama geng gua?"