Forwarded from Bad Side
- Bad Side - [Bagian 9]
Seungan membuka kedua matanya, melihat dirinya kembali ke rumah sakit.
"Kamu telah sadar, nak"
Seungan menoleh ke arah ibunya. "Bu, aku telah mengingat semuanya, tentang semua kejahatan yang telah aku lakukan, sebelum kecelakaan 14 tahun yang lalu menimpah diriku"
Ibunya menatap Seungan dengan merasa khawatir. "Apa kamu masih membenci ibu?"
Seungan menggelengkan kepalanya, air matanya mengalir di pipinya. "Maafkan aku, bu, aku tidak bisa menjadi anak yang baik, aku melakukan hal buruk, aku menyusahkanmu"
Ibunya memeluk Seungan. "Kamu tetap anak ibu, kamu telah berusaha keras, nak, ibu saja yang tidak bisa memberikanmu kebahagiaan, dulu bagi ibu kekayaan sudah cukup membuat anak ibu bahagia, ternyata tidak, dan keinginan egois ibu, membuatmu merasa tertekan dulu, maafkan ibu, nak"
"Bu, aku ingin kita mengakui kesalahan kita di depan pengadilan"
Ibunya melepaskan pelukannya, dan menatap Seungan. "Tapi nak.."
"Kesalahan tetaplah kesalahan, bu, meski sudah lama berlalu, kita harus mengakuinya"
"Bagaimana dengan pembunuhan yang terjadi belakangan ini? Kamu sendiri berkata pada ibu melihat pelakunya semalam, bukan? Buktinya belum cukup kuat, jika kita sekarang mengakuinya ke pengadilan, mereka tidak akan percaya dengan omong kosong tidak masuk akal ini"
"Ibu benar, bagaimana bisa diriku dari 14 tahun yang lalu melakukan pembunuhan kembali? Bukti terakhir yang ditemukan oleh kami adalah menuju ke arah anak sekolahan, itu artinya pelaku adalah diriku dari 14 tahun yang lalu"
"Kalian memiliki bukti lain?"
Seungan mengangguk. "Logo seragam sekolahku sempat di robek paksa oleh Jixa saat kejadian penyerangan"
"Seragam sekolah? Ibu tidak sengaja menemukan seragam milikmu yang tersimpan di gudang rumah, dan logonya juga menghilang, seperti bekas robekan"
"Jadi meski terjadi baru-baru ini pada diriku di masa lalu, masih tetap berpengaruh pada diriku di masa sekarang?"
"Sepertinya begitu, nak"
"Lalu bu, siapa yang membunuh Jixa? Apa diriku dari 14 tahun yang lalu yang menyamar menjadi dokter hari itu?"
"Tidak, nak, ibu meminta bantuan sekretaris ibu, Hong Jide, tetapi tetap saja ibu dalang dari pembunuhan Jixa"
Ibunya terlihat merenung.
"Kejadian 14 tahun yang lalu, dimana kecelakaan yang kamu alami itu sebenarnya yang terjadi adalah kamu sedang di kejar oleh detektif yang bertugas menangani kasus pembunuhan tersebut, dan setelah mengetahui bahwa kamu anak ibu, ibu meminta detektif tersebut untuk tutup mulut dengan uang sebagai imbalannya, dan sebagai gantinya seseorang yang ibu tidak kenal menggantikan posisimu untuk menjalani eksekusi hukuman mati"
"Detektif itu bernama Yoon Jeongno?"
"Iya, benar, itu dia"
"Kita hanya perlu menangkap diriku dari 14 tahun yang lalu, dia masih berkeliaran disini, jika kita berhasil menangkapnya, kita bisa menyelesaikan kasusnya, dan dirinya bisa di anggap sebagai bukti kuat atas pembunuhan yang terjadi belakangan ini"
"Jika ini keinginanmu, ibu akan mengikutinya, nak"
"Terimakasih, bu"
©
"Kapten?" Sapa Wonyou.
"Kenapa kalian menatap saya seperti itu?"
"Saya kira anda bertemu dengan Mingon"
Hanyin : "Iya, kapten, Mingon pergi sedari tadi setelah mendapatkan panggilan darimu dan belum kembali hingga sekarang"
"Saya menghubungi Mingon?" Seungan memeriksa kantung celana dan kemejanya, tetapi tidak menemukan ponselnya.
"Oh sial, cepat hubungi ponsel Mingon"
Wonyou yang tidak mengerti, tetapi mendengar nada khawatir Seungan, bergegas menghubungi ponsel Mingon, namun panggilannya tidak terhubung.
"Kapten, ponselnya tidak aktif"
"Hanyin, periksa lokasi terakhir darinya!"
"Baik, kapten"
Setelah mendapatkan lokasi terakhir Mingon, mereka bertiga bergegas ke tempat tersebut, itu adalah sebuah bangunan tua yang tidak berpenghuni.
Mereka terlambat, disana tubuh Mingon terduduk dikursi dengan tubuhnya yang terikat, dirinya terlihat penuh luka tusukan disekujur tubuh, darah mengalir dari depan kepalanya, tidak lupa luka berbentuk bunga di lehernya.
#fanfiction #misteri #pembunuhan #detektif #thiller #aksi #violence #BSide