- Bad Side - [Bagian 7] Cuaca hari itu mendung, mendukung sekali dengan suasana berduka atas kepergian Lee Jixa. Kerabat, teman, serta rekan kerja Jixa berdatangan ke tempat duka untuk mengucapkan perpisahaan pada Jixa terakhir kalinya. Mingon dan Hanyin masih merasa bersalah atas kejadian yang menimpah Jixa hari ini. Wonyou : "Kalian berhentilah mengoceh seperti itu, takdir kehidupan seseorang tidak ada satu pun orang yang tau, jadi jangan terlalu menyalahkan diri kalian atas kejadian hari ini" Mingon makin menangis. "Tapi ini sal.." Seungan langsung memasukan kue kering yang tersedia di meja ke mulut Mingon. "Aku tidak menyalahkan kalian, dan tidak ada satu pun yang menyalahkan kalian, jadi berhentilah, aku lelah mendengarnya" Hanyin langsung menutup mulutnya ketika melihat Mingon yang di sumpal kue oleh Seungan. © Pintu rumah terbuka memperlihatkan Seungan memasuki ke dalam rumah, di ruang tamu ternyata sudah ada ibunya Seungan menunggunya pulang. "Kenapa kamu pulang terlambat, nak?" "Hari ini aku menghadiri pemakaman Jixa" "Jixa?" "Dia salah satu dokter dari tim forensik" "Apa dia sakit sebelumnya?" "Tidak, bu, dia menjadi salah satu korban dari pelaku pembunuhan yang terjadi belakangan ini" Wajah ibunya Seungan menunjukan ekspresi sedih. "Sungguh disayangkan, ibu turut berduka" "Aku akan langsung istirahat, bu" Ibunya mengangguk. "Iya, istirahatlah, nak, kamu sudah bekerja keras untuk hari ini" Tengah malem, Seungan mendengar suara dari luar kamarnya, ia bangkit dari kasurnya mencoba mengecek keluar kamar. Melihat siluet yang bukan milik ibunya, Seungan langsung ingin meringkusnya namun orang tersebut berhasil menghindar. Orang itu menatap Seungan yang juga sedang menatap ke arahnya, melihat postur tubuh orang itu yang terlihat seperti masih muda mengingatkannya pada perkataan dari Wonyou. "Kau.. apa kau pelaku tersebut?" Meski melihatnya dari balik masker, Seungan merasa pelaku tersebut tersenyum licik padanya. Seungan mencoba menangkap pelaku itu, namun gagal lagi, aksi kejar-kejaran di dalam rumah pun terjadi, perabotan di rumahnya berantakan akibat mereka. Ibu Seungan terbangun mendengar suara berisik dari luar kamar, ia bergegas keluar kamar untuk memeriksanya. Beliau melihat Seungan yang sedang mengatur nafasnya, dan pintu rumah terbuka lebar. "Nak, apa yang terjadi?" "Aku akan jelaskan nanti, bu" Seungan berlari keluar rumah mengejar pelaku. "Nak, ini sudah tengah malem, kamu mau pergi kemana?!" Ibunya Seungan tidak mendapatkan jawaban dari Seungan, karena putranya itu keburu pergi menjauh dari rumah. Merasa panik bercampur takut anaknya terjadi kenapa-kenapa, ibunya Seungan menghubungi pihak berwajib untuk melaporkan hal tersebut. Jarak kejaran antara Seungan dan pelaku hanya sedikit lagi, Seungan menarik penutup kepala dari jaket pelaku, membuat pelaku mau tidak mau berbalik, kesempatan itu Seungan gunakan untuk menarik turun masker pelaku. Sebelum sempat melihat wajah pelaku, Seungan di pukul oleh tongkat yang sedang di pegang pelaku. Darah mengalir dari pelipis Seungan, pegangan Seungan pada penutup kepala dari jaket pelaku terlepas, pelaku berjalan mundur sembari tersenyum licik. Seungan menatap wajah pelaku yang tersenyum licik itu, rasa pusing mulai menyerang kepala Seungan. "Kau tidak akan pernah berhasil menangkapku" Pelaku berjalan menjauh masuk ke dalam kegelapan jalan disana. Seungan mencoba berjalan mengejar pelaku, namun ia tidak dapat menemukan kemana pelaku itu pergi, lagi-lagi dirinya harus kehilangan jejak dari pelaku tersebut. © Ibu Seungan menemukan Seungan terbaring di jalanan ketika beliau sedang berpencar bersama petugas keamanan untuk mencari Seungan. Seungan langsung dibawa ke rumah sakit, hanya perawatan kecil yang diterima, setelahnya Seungan istirahat di salah satu ruangan rumah sakit. "Ibu kan sudah bilang padamu untuk berhati-hati, mereka itu sungguh berbahaya" #fanfiction #misteri #pembunuhan #detektif #thiller #aksi #violence #BSide