Forwarded from Bad Side
- Bad Side - [Bagian 4]
Mendengar pertanyaan Hanyin, keduanya menatap ke arahnya.
"Jadi pelaku sendiri yang memberitahu?"
"Mungkin saja pelaku tidak menyadari ada orang lain yang mengetahui tindak kejahatannya, dan pelaku peniru ini adalah orang lain tersebut"
Jeongno yang mendengar percakapan kedua detektif itu, berkata. "Atau pelaku 14 tahun yang lalu memiliki seorang rekan pembunuhan selama ini"
Wonyou bertanya dengan hati-hati. "Apa kasus sebelumnya ada kejanggalan pada bukti-bukti yang tim anda temukan, pak?"
"Ya, ada, pelaku yang di hukum mati, ia tidak terlihat seperti seorang pembunuh meski semua bukti mengarah padanya"
"Pak, perkataan anda barusan itu akan membuat kasus sebelumnya yang tim anda tangani bermasalah" Hanyin mengingatkan.
Jeongno menghela nafas. "Maafkan saya, lupakan saja perkataan saya, mungkin semua hanya perasaan saya"
Wonyou dan Hanyin saling menatap, mungkin mereka merasa bahwa Jeongno butuh istirahat.
"Baik, pak, kalau begitu kami akan pergi, terimakasih karena telah meluangkan waktu untuk kami"
Hanyin dan Wonyou pergi kembali menuju kantor dengan mobil milik Wonyou.
"Ini aneh"
Wonyou menoleh. "Kamu merasa ada yang mencurigakan?"
"Ya, meski beliau telah pensiun, tapi sepertinya tadi beliau mencoba menutupi sesuatu"
©
Seungan dan Mingon telah mendengar penjelasan dari Hanyin dan Wonyou untuk pertemuan mereka tadi.
Mingon : "Jadi kita tidak bisa mempercayai siapapun orang-orang di dalam pihak kita jika seperti ini"
"Kapten, jika seperti ini apa yang harus kita lakukan? Kita tidak memiliki cukup bukti untuk mengarah ke pelaku peniru tersebut" Hanyin bertanya.
Wonyou menimpali. "Pelaku mengincar korban secara acak, tidak ada kesamaan yang saling berkaitan dari setiap korban"
"Benar" Seungan bangkit dari kursi berjalan ke papan di ruangan itu, menunjuk ke foto-foto korban yang tertempel disana. "Korban dari kasus pembunuhan 14 tahun yang lalu terdapat tujuh korban, dan korban dari kasus pembunuhan kali ini terdapat dua korban, dari kesembilan korban mungkin orang-orang melihatnya tidak memiliki kesamaan yang berkaitan, tetapi jika kalian lebih teliti ada satu kesamaan disini"
Ketiganya menatap Seungan dengan serius.
"Satu kesamaan?"
"Kebahagiaan harmonis dalam kehidupan yang dimiliki setiap korban"
Wonyou yang pertama kali mengerti maksud dari Seungan, mengangguk setuju. "Anda benar, kapten, kehidupan setiap korban sangat rukun dan harmonis dengan sekitarnya, apa itu artinya pelaku merasa iri dengan hidup para korban?"
"Motif pelaku melakukan pembunuhan adalah rasa iri? Itu sungguh keterlaluan" Mingon berkata.
"Memang sungguh kejam yang seperti itu, tetapi pasti ada beberapa orang yang nekat melakukan hal tersebut" Hanyin memberitahu.
Seungan pulang dari selesai bekerja hari itu, cuaca saat itu hujan deras, ia mengendarai mobilnya dengan hati-hati.
Setelah memakirkan mobilnya, ia tidak sengaja melihat seseorang berdiri di bawah hujan lebat menatap ke arah rumahnya.
Seungan tidak dapat melihat dengan jelas siapa orang tersebut, karena gelapnya langit dan derasnya hujan membuatnya kesulitan untuk melihat dengan jelas.
Ia mencoba mendekati orang tersebut dengan payung di tangannya, Seungan hampir dekat dengan posisi dimana orang itu berdiri, tetapi sebelum ia berhasil dekat dengan orang tersebut sebuah tepukan di pundaknya membuatnya menoleh.
"Ibu?" Seungan menyapa ketika melihat ibunya lah yang menepuk pundaknya. "Kenapa ibu ada di luar?"
"Ibu baru saja kembali dari kantor, dan kenapa kamu tidak langsung masuk ke dalam rumah? Ini hujan deras sekali, nak"
Seungan menoleh ke arah seorang tadi yang berdiri di bawah hujan namun tidak ada orang lagi disana.
"Kamu lihat apa, nak?" Ibunya ikut melihat ke arah Seungan melihat, namun tidak melihat siapapun disana. "Apa terjadi sesuatu sebelum ibu datang, nak?"
"Tidak ada apa-apa, bu"
"Ayo, nak, ibu akan buat makanan hangat untuk makan malam kita"
Seungan mengangguk, dan ikut masuk ke dalam rumah bersama ibunya.
#fanfiction #misteri #pembunuhan #detektif #thiller #aksi #violence #BSide