- Bad Side - [Bagian 3]Pagi hari, Seungan keluar dari kamarnya setelah bersiap-siap, ia melihat ibunya sudah duduk di meja makan.
"Aku pikir ibu sudah berangkat"
"Duduk lah, kamu harus sarapan dulu sebelum berangkat"
Seungan duduk di salah satu kursi meja makan, ia mengambil makanan yang tersedia di meja makan.
"Ibu dengar ada kasus pembunuhan yang terjadi"
Seungan mengangguk. "Iya"
"Kamu tetaplah berhati-hati, nak"
"Ibu tidak perlu khawatir, aku bisa menjaga diriku sendiri"
"Bagaimana pun kamu berhadapan dengan para penjahat, nak, itu membuat ibu tetap merasa khawatir"
Seungan tersenyum. "Terimakasih telah mengkhawatirkan diriku, bu, aku akan berusaha menjaga diriku dengan baik, jadi bagaimana kondisi ibu sekarang?"
"Kondisi ibu baik-baik saja, ibu sudah melakukan pengecekan ke dokter kemarin"
"Ibu harus tetap menjaga kesehatan ibu meski sibuk dengan perusahaan keluarga"
Ibu menghela nafas. "Andai saja kalau kamu memilih meneruskan perusahaan keluarga, ibu tidak harus bekerja di usia segini kan?"
"Aku sudah bilang padamu, bu, aku ingin melakukan apapun yang aku inginkan, kalau ibu lelah mengurus perusahaan, lebih baik berikan pada yang lain"
"Tapi.."
"Kesehatan ibu lebih penting dari pada harta"
"Baiklah, akan ibu pikirkan tentang masukanmu itu"
Dering ponsel Seungan berbunyi, ia mengangkat panggilan tersebut.
"Halo?"
"Kapten, ada kasus pembunuhan terjadi lagi, korban di temukan pada sawah milik salah satu warga di daerah xxxx"
"Aku akan segera kesana"
Seungan langsung mematikan ponselnya. "Aku pergi sekarang, bu"
"Kamu bahkan baru memakan makananmu sedikit"
"Ada kasus yang harus aku tangani, bu"
Seungan bangkit berdiri, mencium sekilas pipi ibunya. "Aku berangkat, bu"
"Hati-hati, nak!"
©Ekspresi wajah Mingon pucat ketika melihat kondisi korban yang mengenaskan. "Ini mengerikan, kenapa pelaku begitu kejam melakukan ini pada korban"
Soongu : "Melihat dari kondisi korban, sepertinya korban meninggal sekitar pukul 11 malam, dan memar di pergelangan kaki korban diakibatkan oleh pukulan benda tumpul"
Seungan melihat sekitar TKP. "Dari jejak menyeret, pasti korban sempat di tarik paksa oleh pelaku setelah kakinya di pukul"
"Ada luka berbentuk bunga juga di leher korban kali ini" Jixa memberitahu.
Wonyou : "Kapten, bukankah ini bisa disebut pembunuhan berantai? Karena sudah ada dua korban di temukan"
Seungan menghela nafas merasa sedikit frustasi, ia memberi arahan untuk segera tubuh korban di bawa ke rumah sakit oleh tim forensik.
Hanyin dan Wonyou di tugaskan oleh Seungan mengunjungi salah satu petugas yang menangani kasus pembunuhan 14 tahun yang lalu.
"Saya bertanya-tanya apa yang diinginkan dua detektif dari Institusi Kepolisian Seoul datang ke tempat terpencil seperti ini"
Orang yang telah pensiun dari pekerjaannya itu duduk santai di hadapan Hanyin dan Wonyou, orang itu bernama Yoon Jeongno.
"Kami ingin menanyakan sesuatu pada anda, pak" Wonyou yang merespon pertama kali.
"Tentang kasus pembunuhan yang terjadi belakangan ini?"
Hanyin : "Jadi anda telah membacanya di berita, pak, ya, kami ke sini ingin menanyakan hal ini"
"Kalian tau kan saya tidak menangani kasus pembunuhan kali ini kenapa menanyakan pada saya, saya bahkan tidak tau apapun tentang hal itu"
"Tapi pak, kasus pembunuhan kali ini saling terkait dengan kasus pembunuhan 14 tahun yang lalu, yang anda dan tim anda tangani saat itu" Wonyou mencoba menjelaskan.
Jeongno mengernyit. "Terkait?"
Hanyin : "Iya, pak, luka berbentuk bunga terdapat di leher dua korban yang sedang kami tangani, anda pasti mengenali luka tersebut, bukan?"
"Pelaku telah di eksekusi hukuman mati"
"Kami tau, yang kami ingin tanyakan adalah apakah dokumen atau tim anda kebocoran informasi soal luka berbentuk bunga tersebut pada pihak luar?"
"Tim saya tidak mungkin membocorkan rahasia sepenting itu, saya percaya pada mereka, mereka tidak akan melakukan hal ceroboh seperti itu"
"Jika tidak dari dalam, apa pelaku sendiri yang kebocoran?"
#fanfiction #misteri #pembunuhan #detektif #thiller #aksi #violence #BSide